hidayatullahkepri.com. Hari ini, ketika membuka link berita, maka yang muncul pertama kali adalah segerombolan iklan yang menutupi hampir semua teks, kita dipaksa untuk memelototi iklan-iklan yang menawarkan berbagai produk yang menjanjikan kepuasan dan kesenangan duniawi.
Yang lebih dahsyat lagi, privasi kita telah diperjualbelikan untuk kepentingan riset kecenderungan setiap orang. Dari data-data kita yang telah mereka kantongi kemudian menjadi referensi untuk menawarkan berbagai produk yang melintas secara ajek di laman-laman media sosial yang kita buka. Itulah fakta yang terjadi hari ini, dan harus kita hadapi.
Karenanya perlu terus mengokohkan benteng pertahanan untuk menjaga keseimbangan berpikir dan bertindak. Para da’i adalah pewaris risalah yang membawa pesan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah dengan mentaati Allah dan Rasulnya. Adapun hedonisme merupakan kebahagiaan palsu yang tak berujung.
Hal ini ditegaskan dalam firmanNya yang lain.
“Barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka pastilah ia akan bahagia sebenar-benarnya bahagia”(QS: Al-Ahzab. 71).
Gerakan tarbiyah dan dakwah oleh para da’i akan terus berhadapan dengan industri yang merupakan personifikasi pemikiran Epicurus (341-217 SM), yang dalam pengertian yang paling dasar, Epicurean melihat kesenangan sebagai tujuan hidup. Ya, gagasan2 filsuf barat memang hanya berhenti pada kesenangan duniawi.
Kunci dari keseimbangan berpikir itu sebagaimana yang dikatakan Ibnul Qoyyim rahimahullah:
ليس الزهد أن تترك الدنيا من يدك وهى فى قلبك وإنما الزهد أن تتركها من قلبك وهى فى يدك (طريق الهجرتين وباب السعادتين 381)
Bukanlah zuhud itu dengan mencampakkan dunia dari genggaman sementara ia masih bersemayam di hati, zuhud yang benar adalah mencampakkan dunia dari dalam hati meskipun ia tetap dalam genggaman tanganmu. Wallahu a’lam bisshawab.